Rabu, 21 Oktober 2015

Puan Harap



Kelana ku tak henti
Tanah dingin nan asing senantiasa kutapaki
Berselimutkan asa dan mimpi

Sebongkah harap kujinjing rapi
Dalam doa yang tak kunjung amin

Cercah kulihat
Menanti punggung penuh luka
Menanggul beban segala rupa

Semoga cahaya yang ku genggam
Di akhir lorong berpijak tajam

Selasa, 13 Oktober 2015

Lelap


Kurakit kapal khayal
Mengambang tenang di langit bertenun awan
Temaram bulan tunjukkan arah

Andai kita hanya berjarak mimpi
Bukan batu kelam sepanjang 500 kilometer

Akan kukayuh kapal kecilku
Melintas tanpa ragu
Hanya untuk mendekapmu di tangan lemahku
Dan mengucap, selamat tidur.

Musim Jingga



Angin yang menerpa kini tak lagi lemah
Menyapu dedaunan yang mengecup dinginnya pijakan manusia
Jingga warna sekeliling
Namun bukan karna sang mentari

 Langit berdesak mega
Pagi tanpa secercah cahaya
Kabut menghalang pandang
 Tangan dan kaki yang mulai kelu

Selamat datang, Autumn

Kenang Masa



Suara langkah yang melemah
Mata yang tertuju jauh
Serentak kita memandang arah mata angin yang sama

Punggungmu yang mencambuk akalku
Hentakan kaki kokohmu yang melantun dalam iringan tidurku
Merintih perih
Dalam penantian ku berdiri

Berkecamuk di pelukan sang gulita
Merindu pada sosok seorang pria.

Kamis, 01 Oktober 2015

Menunggu



Kususun sebaris melodi
Kulantunkan irama sang malam

Tuk menyambut sang kekasih

Detik-detik kian berlalu
Meninggalkan beribu bekas di jalan setapak

Ia tak kunjung datang

Ku tetap berdiri disini
Merenda angan di rahim malam 

Tersemat sepucuk harap
Kamu hadir
Saat langit kembali mengenakan busana tenun dari untaian cahaya pagi